tentang ide

Dan aku tidak akan lagi percaya pada ide dari cerita-cerita lainnya

Senin, 12 Mei 2014

                                                                                                Wilayah D, 12 Mei


     Hari ini semua terasa begitu liarnya. Entah siapa yang beranjak menjadi lebih liar; aku atau orang lain. Yang jelas kehidupan tidak bisa terus-menerus semisal karang. Sekalipun diterjang ombak, manusia harus mampu berpikir kreatif dan keluar dari segala persoalan.
     Kehidupan berjalan tidak sehat. Perlu suatu perubahan dalam waktu belakangan ini, Minke. Bahwa tubuh manusia bukan mesin aku setuju. Dan manusia perlu istirahat untuk fisik, juga mentalnya. Tidak bisa selalu hidup tanpa sejenak tidak memikirkan apa-apa.
     Ada suatu ide yang sebenarnya hendak aku laksanakan. Ini soal penjelajahan di saat pulas. Menghidupi kehidupan saat raga tertidur pulas. Aku mendapat suatu penjelasan bahwa hal yang semacam ini yang mungkin pernah terjadi pada zaman nabi dulu. Ketika beranjak pergi melintas langit tujuh lapis. Tidak mungkin dilakukan oleh raga ditambah ruh. Ruh harus merelakan raga tertinggal agar bisa terbang ke atas sana.
     Agaknya itu suatu cita-cita di kemudian hari. Aku masih selalu takut untuk meninggalkan raga. Takut terlalu asyik masyuk sampai-sampai lupa. Belum tentu orang lain tahu bahwa ruhku sedang bermain-main, 'kan? Suatu kali dulu pernah aku hampir merasakan penjelajahan semisal itu. Ketika suasana kampus masih sepi pagi, aku tidur di salah satu tempat favoritku untuk tidur. Udara pagi begitu mengerti perasaan manusia yang lelah. Dan aku tertidur dalam hening; tanpa bising. Ada saat ketika mataku menyipit menengadah ke arah langit dan sinar lembut matahari. Seolah ruh hendak berpamit pada tubuh, nafasku mulai sesak saat itu. Tubuh ini terasa ringannya sampai-sampai mau ikut terbang. Setidaknya begitulah yang aku rasakan.
     Bedanya dengan penjelasan temanku adalah saat itu aku tidak merasai suatu bising di telinga. Kebisingan seharusnya terjadi lebih dulu sebelum ruh berpisahan dengan raga. Itu pertanda kalau sedang terjadi perpindahan frekuensi alam kehidupan dan alam kehidupan-khusus-ruh. Sebagai penutup, di alam itu ruh dapat berubah bentuk sesuai dengan kondisi kepribadian kita, Min. Menantang untuk dicoba bukan? Sekali waktu aku mau melakukan itu sekadar ingin menjenguk Kembang Salju saja. Tak lebih.

                   Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila malam belum habis

"aku akan terus menulis
bukan karena semata-mata
keinginanku sendiri
melainkan karena tuntutan
jiwaku untuk terus dan tetap
mewarnai setiap jengkal
dunia sastra

:aku berpijak di sana"