tentang ide

Dan aku tidak akan lagi percaya pada ide dari cerita-cerita lainnya

Kamis, 05 September 2013

“Tak Bisa Berhenti Sekarang”: Sebuah Kejujuran

            Lirik lagu sebermulanya berawal dari karsa, rasa, dan cipta manusia. Dari seluk beluk pedalaman penciptanya. Ia serupa dengan puisi (bila tak berlagu), sebab mencipta rentetan kata ke dalam baris dan bait, yang bermakna tersirat atau pun tersurat. Dan segala bentuk penciptaan itu sejatinya bermuara pada sebuah kejujuran pedalaman pula.
            --Dalam ini tulisan, lagi-lagi lirik lagu menjadi sebuah sorotan. Tulisan ini menjadi yang kedua bagiku untuk menerjemahkan secara bebas suatu hasil kebudayaan asing.--
            Aku hendak memberi sedikit kejelasan akan pemilihan lirik lagu ini.
            Semula aku tak begitu paham tentang apa yang sebenarnya “tak bisa berhenti sekarang”. Judul lirik lagu yang cukup membuat penasaran—pikirku. Kemudian aku dengarkan secara berulang-ulang lagu ini. Tak sepenuhnya paham. Kucari pada lirik lagunya. Dan inilah lirik lagu “Can’t Stop Now” karya grup musik Keane.


KEANE – “Can’t Stop Now”

I noticed tonight that the world has been turning
While I've been stuck here dithering around
Though I know I said I'd wait around till you need me
But I have to go, I hate to let you down
But I can't stop now
I've got troubles of my own
Cause I'm short on time
I'm lonely
And I'm too tired to talk

I noticed tonight that the world has been turning
While I've been stuck here withering away
Though I know I said I wouldn't leave you behind
But I have to go, it breaks my heart to say

That I can't stop now
I've got troubles of my own
Cause I'm short on time
I'm lonely
And I'm too tired to talk

To no one back home
I've got troubles of my own
And I can't slow down
For no one in town
And I can't stop now

And I can't slow down
For no one in town
And I can't stop now
For no one

The motion keeps my heart running
The motion keeps my heart running
The motion keeps my heart running
The motion keeps my heart running


Membacai lirik lagu sembari mendengarkan lagunya adalah cara yang baik untuk mendekati ke arah pemaknaan atau penerjemahan. Lirik lagu yang terdiam tanpa iringan musik diperbantukan oleh nada-nada indah yang mampu juga mewujudkan kejujuran isi lirik lagu. Perlu juga bantuan kamus, kepekaan rasa, pun nalar terhadap keadaan yang coba diwujudkan dalam lirik itu.
            Hasil dari kepekaan rasa, nalar yang dibantu kamus dan iringan musik dari lagu aslinya adalah sebuah terjemahan berikut.


Terjemahan: “Tak Bisa Berhenti Sekarang”

Aku melihat malam ini, dunia telah berubah
Sementara aku terjebak di sini, bergemetar
Meskipun aku sadar telah berkata akan menanti hingga kau membutuhkanku
tapi aku harus pergi, aku benci mengecewakanmu
tapi aku tak bisa berhenti sekarang
Ada masalahku sendiri
dan lagi waktuku tak banyak
Aku kesepian
dan terlalu lelah untuk berbicara

Aku melihat malam ini, dunia telah berubah
Sementara aku terjebak di sini, meluruh
Meskipun aku tahu telah berkata takkan meninggalkanmu sendiri
tapi aku harus pergi, ini menghancurkan hatiku untuk mengatakan

Bahwa aku tak bisa berhenti sekarang
Ada masalahku sendiri
dan lagi waktuku tak banyak
Aku kesepian
dan terlalu lelah untuk berbicara

kepada siapa pun saat kembali
Ada masalahku sendiri
Dan aku gusar
pada siapa pun di kota
Dan aku tak bisa berhenti sekarang

Dan aku gusar
pada siapa pun di kota
Dan aku tak bisa berhenti sekarang
untuk siapa pun

Gerak melajukan hatiku
Gerak melajukan hatiku
Gerak melajukan hatiku
Gerak melajukan hatiku

            Pada soalnya, lirik tersebut menceritakan keadaan seseorang (“aku”) dalam kesadaran multi yang saling bertentangan. Lagi-lagi dibicarakan persoalan cinta di dalamnya.
            Kesadaran multi yang saling bertentangan itu,
            Pertama, sadar bahwa dunia berubah, tetapi keadaan “aku” tak ubahnya orang yang diam (terjebak oleh keadaan masa lalunya).
            Kedua, sadar bahwa dahulu telah melontarkan janji yang pada akhirnya mesti digugurkan sendiri.

                        “Meskipun aku sadar telah berkata akan menanti hingga kau membutuhkanku
                                tapi aku harus pergi, aku benci mengecewakanmu...”

                                “Meskipun aku tahu telah berkata takkan meninggalkanmu sendiri
                                tapi aku harus pergi, ini menghancurkan hatiku...”

            Ketiga, sadar akan permasalahan sendiri yang menanti untuk diselesaikan sehingga harus mengorbankan janji yang terlebih dulu telah diucapkan.

            Lirik lagu tersebut mengajak khalayak penikmatnya untuk menyadari betapa manusia yang digugat untuk “menanti” seseorang, pada saatnya akan tersadar pada kegentingan-kegentingan lain yang telah lama menunggunya. Egoisme manusia muncul (Ada masalahku sendiri/ dan lagi waktuku tak banyak) sebab kesadaran memilih dan memilah kegentingan hidup.
            Lirik tersebut mencoba menjelaskan dengan sangat kepada sasaran, yakni “orang yang dijanjikan” betapa keadaan “aku” benar-benar telah sampai pada batas yang penghabisan. Jikalau “orang yang dijanjikan” menghendaki “aku” agar kembali pada jalur penantiannya agaknya menjadi hal yang sia-sia. Penegasan itu terperikan dalam baris: Dan aku tak bisa berhenti sekarang/ untuk siapa pun.
            Semoga terjemahan bebas kedua ini dapat membantu khalayak pembaca untuk lebih bermatang-matang dalam memilih dan memilah. Semata-mata agar tak bersesalan dalam menentukan laju kehidupan—terutama cinta; “patut dinanti lagi” atau “cukupkan pintu kesempatan”.

Selasa, 13 Agustus 2013

Perpisahan: Terjemahan Bebas Atas Lirik Lagu "Goodbye"

       Ini sedikit saja hal yang bisa dilakukan dalam waktu senggang. Ketika mendapati alunan nada baru di telinga dari sebuah lagu yang datang dari kurun waktu sekian tahun yang lampau. Lagu berjudul "Goodbye" yang diproduksi dari otak kreatif grup musik Air Supply.
        Aku sebatas memberikan terjemahan bebas dari lagu ini, sebab dari beberapa terjemahan yang ada tampaknya hanya sebatas mengkopi-tempel saja dari penerjemahan elektronik. Aku berkesimpulan pada cara demikian penikmat lagu kurang mengapresiasi lirik lagu, walaupun seberat apa penikmat lagu ini menyukai terhadap kedalaman lirik yang disajikan.
        Pertama-tama, akan kusajikan dulu lirik lengkap dalam bahasa aslinya. Ini dia:

Air Supply – “Goodbye”

I can see the pain living in your eyes
And I know how hard you try
You deserve to have so much more
I can feel your heart and I sympathize
And I'll never criticize
All you've ever meant to my life

I don't want to let you down
I don't want to lead you on
I don't want to hold you back
 
From where you might belong

You would never ask me why
My heart is so disguised
I just can't live a lie anymore
I would rather hurt myself
Than to ever make you cry
There's nothing left to say but goodbye

You deserve the chance at the kind of love
I'm not sure i'm worthy of
Losing you is painful to me

I don't want to let you down
I don't want to lead you on
I don't want to hold you back
 
From where you might belong

You would never ask me why
My heart is so disguised
I just can't live a lie anymore
I would rather hurt myself
Than to ever make you cry
There's nothing left to say but goodbye

You would never ask me why
My heart is so disguised
I just can't live a lie anymore
I would rather hurt myself
Than to ever make you cry
There's nothing left to try
Though it's gonna hurt us both
There's no other way than to say goodbye

More lyrics: http://www.lyricsmode.com/lyrics/a/air_supply/
Songwriters: HARRISON, GAVIN RICHARD / BYER, RICARDO A.

        Lalu, inilah hasil terjemahanku sendiri yang jauh dari penguasaan atas bahasa dan bentuk-bentuk ekspresi dalam bahasa asal lirik tersebut.

Terjemahan: "Perpisahan"

Aku dapat melihat luka hidup di matamu
Dan aku tahu seberapa keras kau mencoba
Kau berhak mendapatkan lebih
Aku dapat merasai hatimu dan aku bersimpati
Dan aku takkan pernah mengkritisi
Segala apa yang kau maksudkan untuk hidupku

Aku tak ingin mengecewakanmu
Aku tak ingin menyetirmu
Aku tak ingin menahanmu
Dari mana kau diperuntukkan

Kau takkan pernah menanyaiku mengapa
Hatiku begitu menutup-nutupi
Aku hanya tak sanggup lagi hidup dalam kebohongan
Lebih baik kusakiti diri ini
Daripada selalu membuatmu menangis
Tak ada yang perlu dikatakan selain perpisahan

Kau berhak mendapat kesempatan atas cinta yang lain
Aku tak yakin sebagai yang layak
Kehilanganmu menyakitiku

Aku tak ingin mengecewakanmu
Aku tak ingin menyetirmu
Aku tak ingin menahanmu
Dari mana kau diperuntukkan

Kau takkan pernah menanyaiku mengapa
Hatiku begitu menutup-nutupi
Aku hanya tak sanggup lagi hidup dalam kebohongan
Lebih baik kusakiti diri ini
Daripada selalu membuatmu menangis
Tak ada yang perlu dikatakan selain perpisahan

Kau takkan pernah menanyaiku mengapa
Hatiku begitu menutup-nutupi
Aku hanya tak sanggup lagi hidup dalam kebohongan
Lebih baik kusakiti diri ini
Cukupkan usaha untuk mencoba
Bagaimanapun ini menyakiti kita
Tak ada lain jalan kecuali perpisahan

      Sejujurnya, lirik yang semacam ini sangat baik bila tidak hanya dinikmati dan dirasai sebagai ungkapan perasaan. Ada nilai lain yang dapat dipelajari semisal menerjemahkan perasaan dari kebudayaan lain--yang berupa lirik lagu--untuk kemudian dikemas sebagai bagian kebudayaan yang dapat dimengerti oleh kita sendiri. Lagu yang indah karena alunan nada dan paduan lirik yang pas ini tidak habis indahnya begitu saja. Ketika diterjemahkan aku merasai lirik ini universal sifatnya sehingga di dalam menerjemahkan dapat kita andalkan ungkapan ekspresi yang disediakan oleh budaya kita.
      Akhir kata, jangan malas untuk menyelami dan mengetahui fenomena lain dari suatu hal yang sama karena hidup ini penuh dengan kekayaan yang tertimbun. Tak lupa pula untuk memberi apresiasi lebih pada segala apa yang kita suka. Dengan apresiasi tersebut, memungkinkan penghasil karya untuk lebih bergiat menekuni bidangnya.


Jumat, 29 Maret 2013

SEDIKIT MENGENAI STUDI FILOLOGI




SEDIKIT MENGENAI STUDI FILOLOGI[1]
Abimanyu Isranto[2]

Pengantar
                  Indonesia sebagai sebuah bangsa memiliki perjalanan panjang dari berbagai aspek kehidupan termasuk aspek budaya. Budaya yang berkembang di wilayah-wilayah yang sekarang disebut Indonesia tercipta melalui persentuhan dengan kebudayaan lain. Ada banyak faktor persentuhan yang menciptakan kebudayaan Indonesia hingga seperti sekarang, di antaranya melalui  kedatangan bangsa lain dan proses penyebaran agama. Tidak dapat dimungkiri bahwa kedatangan bangsa-bangsa lain seperti India, Parsi dan Arab pada masa lampau telah banyak mempengaruhi bentuk kebudayaan Indonesia dari berbagai sisi. Satu dari kebudayaan yang mendapat pengaruh tersebut ialah kebudayaan tulis.
                  Perlu diketahui bahwa ketika kertas masuk di wilayah Nusantara, maka berakhirlah penggunaan batu (prasasti) sebagai media penulisan di wilayah Nusantara. Media kertas dipilih sebagai pengganti prasasti untuk mendokumentasikan hal-hal yang ingin diwariskan pada generasi selanjutnya seperti silsilah kerajaan, hukum adat-istiadat, hukum dagang, karya sastra (syair dan hikayat), dan surat-surat. Tradisi tulis tersebut mulanya hanya diperkenankan bagi kalangan-kalangan tertentu seperti kalangan istana dan kalangan cendikiawan. Akan tetapi, dalam perkembangannya ada pula penulis yang bukan berasal dari kalangan istana dan menulis untuk mendapatkan penghasilan.
                  Kehadiran mesin cetak menjadi penanda berakhirnya tradisi tulis di wilayah Nusantara, yakni pada kisaran abad ke-19 dan ketika dipergunakannya tulisan latin yang dibawa oleh orang-orang Eropa sejak zaman kedatangan mereka untuk berdagang di wilayah Indonesia. Tulisan-tulisan yang dihasilkan melalui tradisi tulis klasik tersebut dipelajari dan dikaji oleh orang-orang Eropa karena dirasa tulisan-tulisan tersebut bermanfaat agar mengetahui kerohanian suatu bangsa.

Filologi Sebagai Sebuah Studi
                  Pada bagian pengantar buku Filologi Melayu, Sudjiman (1995: 9) pertama-tama memberikan pemahaman mengenai istilah filologi. Pada mulanya filologi merupakan bidang yang mengkaji teks-teks lama yang sampai pada pembaca/peneliti di dalam bentuk salinan-salinannya, dengan tujuan menemukan bentuk teks yang asli (mendekati asli) dan untuk mengetahui maksud penyusunan teks itu. Secara ringkas, Robson (1994: 12) menyederhanakan tugas seorang filolog[3], yakni menyajikan dan menafsirkan naskah klasik kepada khalayak umum. Cara yang dilakukan ialah dengan memperhatikan kesalahan-kesalahan penulisan yang dibandingkan antara salinan teks satu dengan yang lain. Dengan cara itu dimungkinkan dapat mengetahui silsilah teks naskah sampai pada naskah yang dipandang asli. Mengingat proses penyalinan yang tidak hanya terjadi secara vertikal, tetapi juga secara horisontal maka ada di antara perbedaan-perbedaan dalam salinan merupakan sebuah kesengajaan sebagai bentuk kreativitas penyalin sesuai dengan zaman pembuatannya.
                  Sebagai sebuah bidang ilmu, filologi[4] memiliki batasan kajian. Batasan kajian itu ialah bahwa filologi merupakan bidang kajian yang mengkaji teks di dalam sebuah naskah. Dengan demikian, objek kajiannya adalah berupa benda konkret yakni naskah atau teks-teks yang mungkin dulunya dilisankan, tetapi telah ada bentuk tulisnya. Perlu diketahui perbedaan pemaksudan antara teks dan naskah. Teks mengacu ke kandungan naskah yang bersifat abstrak, sedangkan naskah merupakan material konkret yang dapat dijamah (berupa media penulisan seperti kertas) (Sudjiman: 1984: 11). Berkaitan dengan dua pemaksudan tersebut, di dalam filologi ada pula percabangan kajian, yakni tekstologi dan kodikologi. Tekstologi menitikberatkan kajian pada teks atau kandungan isi naskah, sementara kodikologi (berasal dari istilah codex ‘naskah’) mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan naskah, seperti bahan media tulis, tinta, umur naskah, penyusun atau penyalin, serta tempat penulisan/penyalinan.
                  Di dalam usahanya mengkaji sebuah naskah, seorang filolog haruslah mengikuti langkah kerja berupa metode penelitian teks. Langkah-langkah kerja yang harus dilakukan secara berurutan oleh seorang filolog yaitu: (1) inventarisasi naskah, (2) deskripsi naskah, (3) pengelompokan dan perbandingan teks, (4) transliterasi dan suntingan teks, dan (5) terjemahan (Lubis, 1996: 64). Pada umumnya dalam studi filologi Melayu, langkah kerja yang dipakai hanya sampai transliterasi dan suntingan teks. Langkah kerja berupa terjemahan hanya dilakukan bila bahasa yang digunakan dalam teks tidak dipahami oleh khalayak pembaca.

Daftar Pustaka
Lubis, Nabilah. 1996. Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi. Jakarta: Forum Kajian Bahasa dan Sastra Arab     
            Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah.
Robson, S. O. 1994. Prinsip-prinsip Filologi Indonesia. Jakarta: RUL.
Sudjiman, Panuti. 1995. Filologi Melayu. Cet. I. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.


[1] judul tulisan sebagai pengantar diskusi dalam Anggoroan Markas Sastra pada Kamis, 11 Oktober 2012.
[2] mahasiswa program studi Indonesia angkatan 2010. Menjadi koordinator Markas Sastra mulai tahun 2011 hingga akhir 2012.
[3] merupakan sebutan bagi orang yang bergelut dan mendedikasikan diri pada bidang filologi.
[4] batasan lain yang berlaku dalam filologi di Indonesia/Nusantara ialah mengenai rentang waktu karya yang dapat dijadikan kajian filologi yaitu pada rentang mulai masuknya budaya tulis hingga budaya cetak yang menggunakan cap pada kisaran akhir abad ke-19 Masehi.

Rabu, 27 Maret 2013

Menyoal Perbandingan dan Analogi: Belajar dari Kesalahan Masa Silam

   Pertama-tama mari kita ingat-ingat sejenak--bagi Anda yang pernah secara sengaja atau pun tidak--bagi yang pernah menemui tulisan Tuan Hampa Kata (Tehaka) terkait Paragraf Perbandingan dan Paragraf Analogi. Selanjutnya, di kesempatan ini, Tehaka menjabarkan secara sekadarnya (tanpa disertai referensi buku--untuk sementara ini--hanya menggunakan pemahaman yang mendewasa) mengenai dua soal itu: Perbandingan dan Analogi.
   Bagi Anda yang hendak memahami betul konsep yang membedakan antara perbandingan dan analogi, kira-kira begini jalan pemahaman yang sekiranya harus ditempuh. Perbandingan dan Analogi, keduanya dipahami sebagai gaya bahasa. Gaya bahasa yang seperti apa? Gaya bahasa yang di masing-masingnya menitikberatkan pada adanya perbedaan atau bahkan persamaan pada sepasang hal yang diperbandingkan atau dianalogikan. Lalu bagaimana membedakan keduanya secara mudah? Sekiranya begini (ampun deh bertele-telenya...).
    Satu, Perbandingan sepintas saja kita tahu bahwa ada dua hal yang menjadi pokok suatu persoalan yang diperbandingkan. Tidak bisa membicarakan satu hal tanpa menyinggung hal lainnya di dalam perbandingan. Dua hal itu biasanya benar-benar diuraikan secara sama. Titik pemahaman kita mesti difokuskan pada adanya perbedaan dari dua jenis hal yang dianggap mirip, sama, atau identik. Oleh karena hal yang dibicarakan memiliki kemiripan, kesamaan, atau keidentikkan, maka melalui sarana perbandingan kedua hal itu didedah untuk mengetahui sedikit beda di antara kedua hal itu.
    Kedua, Menyoal analogi dalam tulisan ini. Pada umumnya analogi dilakukan dalam rangka memberikan efek sebagai ciri khas bergaya bahasa. Analogi biasanya ditampilkan sepintas pada suatu karya dengan maksud memudahkan di dalam pemberian gambaran kepada pembaca. Pemaksudannya adalah agar para pembaca dapat memahami secara mudah terhadap suatu soal yang konsepnya sulit dimengerti. Misalnya: Kehidupan manusia tak ubahnya seperti metamorfosis kupu-kupu (Ini adalah tesis yang dikeluarkan pertama kali dalam melakukan analogi, selanjutnya dipaparkan pemaksudan metamorfosis kupu-kupu itu). Semula hanyalah larva/telur yang terbatas geraknya seperti dalam kandungan. Kemudian berubah menjadi ulat yang pergerakannya lebih bebas daripada larva namun dapat berkehendak meskipun lamban geraknya. Selanjutnya masuk ke dalam fase kepompong, yang seolah merenungi setiap hasil jerih payahnya, yang didapatnya dari sementara kehidupan. Melewati masa-masa itu, maka kupu-kupu sempurna keluar dari kepompong. Mampu beterbangan ke angkasa, ke mana kupu-kupu itu berkehendak. Sebebas-bebasnya, sesuka hatinya dengan tetap menanggung kewajiban mencari makan buat diri sendiri. 
    Kalau Anda (para pembaca) mengerti pada contoh yang Tehaka berikan, kemungkinan Anda mendapat pemaksudan bahwa saya hendak memberikan penggambaran mudah kehidupan manusia yang mirip dengan kupu-kupu. Manusia yang dari cara berpikirnya dan ruang geraknya terbatas ketika di kandungan (larva/telur), lalu meningkat menjadi anak kecil (ulat), masuk ke dalam pencarian jati diri sebagai remaja (ulat) dan merenunginya di waktu remaja pula (kepompong), kemudian di akhirnya mampu menentukan jalan atas pilihan hidupnya sendiri sebagai orang dewasa (kupu-kupu).
    Itulah satu dua persoalan yang Tehaka jabarkan terkait penyempurnaan atas ketidaksempurnaan posting-an sebelumnya. Semoga khalayak pembaca tiada punya satu rasa jenuh melihati dan membacai tulisan Tehaka. Tehaka berharap para pembaca sekalian memahami kerumitan pola pikir Tehaka. Tehaka semata-mata hadir demi memberikan cakrawala dialog di dalam kepala masing-masing pembaca.


Salam Hangat  Buat Segenap Pembelajar,
dari yang Mencintai Belajar sampai Tutup Umur

Senin, 25 Maret 2013

Tahun ini





          Ada hal yang mungkin cukup menarik buat tahun ini.
         Sudah sejak lama aku damba pada tumpukan kertas yang dibendel jadi satu. Di sana barangkali bisa dituang bebas segala peluh dari pena-penaku. Aku bermimpi mewariskan suatu yang bakal orang tak pahami sekarang dan mungkin bakal dipahami ratusan tahun kemudian. Ini adalah cita-cita kebudayaan dari sebuah pemikiran kemanusiaan yang tinggi--menurutku. Mungkin Soe pernah bilang: kita tak pernah menanamkan apa-apa, jadi kita takkan pernah kehilangan apa-apa. Tapi bagiku, menanam adalah suatu hal yang penting (bukan berarti aku tak sependapat dengan Soe, cuma aku lebih kaya dalam sudut pandang).
         Desakan hasrat kepada pena-lah yang nantinya benar-benar bakal jadi suatu peninggalan yang artistik. Peninggalan sesosok kemanusiaan. Entah mengapa cita-citaku sering setinggi langit. Namun bukan cita-cita atas suatu bentuk konkret yang mungkin bakal kureguk sendiri. Aku berharap pada suatu yang lebih besar. Sumbangsih rasa kemanusiaan yang terwujud menjadi pemahaman kebudayaan lewat kemanusiaan itu sendiri. Mungkin dalam beberapa kasus aku tak terlihat sebagai orang yang berjiwa humanis. Cuma agaknya aku masih ragu, manakah dalam suatu kasus kita berdiri jika bukan pada posisi kita masing-masing. Selanjutnya bolehlah berdiri pada pijakan kemanusiaan ketika lepas kewajiban-kewajiban pokok.
          Tapi lagi-lagi juga aku punya seribu macam sudut pandang yang mungkin bisa aku pegang sebagai tuntunan. Barangkali rasa kemanusiaan dan menjadi manusialah yang tugas pokok. Sebagaimana aku pernah merasa kewajiban akan Sang Khalik adalah mutlak. Peduli setan dengan pekerjaan-pekerjaan duniawi. Namun toh tak selamanya begitu. Keseimbangan menjadi kunci yang terpenting.
          Ada kalanya bukan kita yang harus berseru-seru membenahi hak kemanusiaan itu. Bolehlah ketika dalam hal yang sepele tiba giliranku yang menjadi pembela kemanusiaan itu. Bahkan orang lain pun bisa melakukan hal yang sama. Sejauh mana orang itu punya cara pandang kurasa setiap detik ada saja hal yang sangkut paut dengan rasa kemanusiaan itu. Percayalah.
         Dan aku bukan orang yang sendirian dalam mempercayai ini. Aku paham di luar sana ada yang bersependapat denganku. Cuma mungkin mereka merasa cukup melihat aku yang mewakilinya. Mereka akan mewakiliku dalam cara mereka sendiri. Aku percaya kalian semua, para pemegang panji-panji kemanusiaan.
        Terlepas dari itu semua, aku dibantu oleh kawan baru untuk mewujudkan cita-cita besarku. Ia diperkenalkan oleh seorang sahabat, Pram namanya. Dan kawan baru itu dikenalkan padaku dengan sebutan "Minke". "Tuan Muda Minke". "Sinyo Minke".

                                                                                                             Salam Tahun Ini,
                                                                                                        dari Yang Bercita-cita

Catatan dari Balada Orang-orang Tersesat






          Aku sempat tak mengerti kenapa begini, dan kenapa begitu. Tersesat. Seperti kata kebanyakan orang jika tak tahu lagi tentang suatu apa. Tersesat dan aku masih tahu di mana peta kutaruh. Peta yang membebaskanku dari ketegangan sesat.
         Aku percaya pada suatu kebaikan. Kebaikan mereka yang berbeda pandangan. Mereka melihat dari sudutnya masing-masing. Yang tak baik adalah ketika menabrakkan keduanya dalam keadaan sama keras. Beruntung salah satu sisi melunak--mungkin selalu saja melunak sejak sekian ratus tahun, di saat yang lain mengeras. Ini menjadi kunci perenungan atas suatu sejarah yang menyedihkan.
         Aku pun paham betul kenapa yang lain selalu saja mengeras. Itulah yang unik. Ketika suatu yang keras berjalan atas nama suatu kebaikan dan mencoba menguatkan diri sendiri dari apa yang didapatnya. Aku bersyukur, aku menerimanya dengan sangat lapang dada. Yang terpenting adalah menyelamatkan diri sendiri. 
        Mengapa menyelamatkan diri sendiri. Sama halnya ketika dua sosok mencoba menguatkan lain dengan jalan bersatu. Mungkin saling erat dalam peluk. Namun ketika suatu makhluk menarik inti sosok--hanya satu dari keduanya, maka yang tercerabut hanya satu juga. Dan sia-sialah yang lainnya menjadi sisa-sisa kehidupan.
        Sekarang aku mulai berdebat dan mencoba menguatkan diriku. Ini bukan soal mereka yang mau menyampaikan suatu hal yang keras. Ini permasalahan aku sendiri sebagai manusia bebas. Tapi sebebas-bebasnya pun aku masih kenal Yang Maha buat segala-galanya. Mengapakah tidak diberikan jalan yang lebih lunak buat aku atasi sendiri. Mengapakah mesti ada ketentuan yang amat rumit. Yang manusia sendiri ragu-ragu untuk memecahkannya.
       Kita belum lagi bercinta. Betapakah rindunya engkau dalam buaianku? Sementara aku jadi kesal bila kemauanku tak dituruti. Ditambah aku takut harus berhadapan langsung denganmu. Semua dalam genggamanmu. Siapa bakal peduli dengan aku yang seorang. Kalau bukan diriku sendiri? Lalu di mana kebahagiaanku dalam memilih perlintasanku? Aku tetap mencintaimu, percayalah. Akankah aku berdusta dengan pemegang segala ketentuan. Tapi tolong biarkan aku berbahagia dulu dengan yang lain.
       Sungguh aku aku akan menempuh dan berkeinginan tulus bersimpuh. Lapangkanlah apa yang menjadi inginku. Bila ada yang hendak kau ganti. Mari, tunjukkan selahnya, kumasuki celah itu. Walau terbata-bata.



                                                                                                       Salam buat yang tersesat,
                                                                                                        dari Orang-orang tersesat

Bila malam belum habis

"aku akan terus menulis
bukan karena semata-mata
keinginanku sendiri
melainkan karena tuntutan
jiwaku untuk terus dan tetap
mewarnai setiap jengkal
dunia sastra

:aku berpijak di sana"