tentang ide

Dan aku tidak akan lagi percaya pada ide dari cerita-cerita lainnya

Minggu, 11 Mei 2014

Kisah 910 di 452014

                "Akhirnya kita akan tiba pada suatu hari yang biasa.
                 Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui..." (Gie)

     Memang begitu adanya hari-hari ini berganti sebagaimana biasa. Mungkin juga kemarin-kemarin adalah sama dalam cara bumi berputar dan saling mengganti antara terang dan gelap. Kemanusiaan dan manusia-lah yang dinamis berikut nilai-nilai di dalamnya. Apalagi selepas mengikuti rangkaian Badan Khusus Pelantikan Mapala UI 2013.
     Pada pukul satu dini hari seluruh Mapala Tanpa Nomor berhenti di tepian danau. Orang mengenalnya dengan nama Situ Gunung. Kawasan wisata alam yang berada di Sukabumi. Bintang-bintang tak lagi malu menampakkan dirinya dan langit berwarna biru pekat. Tiada awan pengganggu, yang ada hanya siluet-siluet dari jajaran pohon yang mengelilingi. Pohon-pohon menjulang yang tak bisa dikenali. Angin berhembus tipis sesekali, mencoba membangunkan mereka yang hendak lelap. Atau justru membuat mereka jauh merasa nyaman di tempat duduknya.
     Beberapa orang dari satu kelompok kecil perjalanan mulai dipanggil dan naik ke perahu karet. Mirip kisah-kisah lama yang bercerita tentang danau larangan cara kami dijemput. Dari tepian yang satu perahu mengantarkan ke tepian lain; tempat persiapan, katanya. Kemeja-kemeja berwarna biru langit dibungkus plastik rapih. Di setiap plastiknya tertera nama masing-masing.
     Dari baju tracking yang dekil kami berganti dalam setelah rapih kemeja biru langit dan bawahan putih. Perahu mulai beranjak pergi mengatarkan beberapa orang yang telah lama bersiap diri. Mereka tampak begitu berbeda dari kesehariannya. Hari itu (4/5) memang telah diduga-duga oleh para MTN--singkatan Mapala Tanpa Nomor--sebagai hari bersejarah dalam kehidupan mereka. Setelah mendayung sejauh 15 meter, tampak beberapa MTN yang sudah sampai lebih dulu sedang berbaris rapih berbanjar. Di depan mereka ada barisan anggota Mapala aktif, beberaa perangkat acara, dan bendera merah-putih serta bendera Mapala UI. Kesemuanya itu menjadi kesatuan dalam pancaran lampu tembak yang menggantung di dahan pohon. Di sisi kiri bendera ada lagi para orang tua berbaris bersaf.
     Malam begitu heningnya dan bintang-gemintang gemerlapan. Angin mendesir semilir mempertanyakan kesiapan masing-masing. Di penghujung pembacaan nomer anggota M-baru, M-863-UI berpesan agar jangan lulus sebelum berekspedisi. Suatu tantangan yang demikian langsungnya diberikan kepada M-baru.
     Bet Mapala UI telah menempel tegak di lengan atas sebelah kiri, dan nama sudah ditambahi embel-embel nomor M-910-UI. Akan ada banyak tantangan ke depan di tengah perjalanan waktu yang biasa.

--Ritter, M-910-UI-- 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila malam belum habis

"aku akan terus menulis
bukan karena semata-mata
keinginanku sendiri
melainkan karena tuntutan
jiwaku untuk terus dan tetap
mewarnai setiap jengkal
dunia sastra

:aku berpijak di sana"