tentang ide

Dan aku tidak akan lagi percaya pada ide dari cerita-cerita lainnya

Senin, 25 Maret 2013

Catatan dari Balada Orang-orang Tersesat






          Aku sempat tak mengerti kenapa begini, dan kenapa begitu. Tersesat. Seperti kata kebanyakan orang jika tak tahu lagi tentang suatu apa. Tersesat dan aku masih tahu di mana peta kutaruh. Peta yang membebaskanku dari ketegangan sesat.
         Aku percaya pada suatu kebaikan. Kebaikan mereka yang berbeda pandangan. Mereka melihat dari sudutnya masing-masing. Yang tak baik adalah ketika menabrakkan keduanya dalam keadaan sama keras. Beruntung salah satu sisi melunak--mungkin selalu saja melunak sejak sekian ratus tahun, di saat yang lain mengeras. Ini menjadi kunci perenungan atas suatu sejarah yang menyedihkan.
         Aku pun paham betul kenapa yang lain selalu saja mengeras. Itulah yang unik. Ketika suatu yang keras berjalan atas nama suatu kebaikan dan mencoba menguatkan diri sendiri dari apa yang didapatnya. Aku bersyukur, aku menerimanya dengan sangat lapang dada. Yang terpenting adalah menyelamatkan diri sendiri. 
        Mengapa menyelamatkan diri sendiri. Sama halnya ketika dua sosok mencoba menguatkan lain dengan jalan bersatu. Mungkin saling erat dalam peluk. Namun ketika suatu makhluk menarik inti sosok--hanya satu dari keduanya, maka yang tercerabut hanya satu juga. Dan sia-sialah yang lainnya menjadi sisa-sisa kehidupan.
        Sekarang aku mulai berdebat dan mencoba menguatkan diriku. Ini bukan soal mereka yang mau menyampaikan suatu hal yang keras. Ini permasalahan aku sendiri sebagai manusia bebas. Tapi sebebas-bebasnya pun aku masih kenal Yang Maha buat segala-galanya. Mengapakah tidak diberikan jalan yang lebih lunak buat aku atasi sendiri. Mengapakah mesti ada ketentuan yang amat rumit. Yang manusia sendiri ragu-ragu untuk memecahkannya.
       Kita belum lagi bercinta. Betapakah rindunya engkau dalam buaianku? Sementara aku jadi kesal bila kemauanku tak dituruti. Ditambah aku takut harus berhadapan langsung denganmu. Semua dalam genggamanmu. Siapa bakal peduli dengan aku yang seorang. Kalau bukan diriku sendiri? Lalu di mana kebahagiaanku dalam memilih perlintasanku? Aku tetap mencintaimu, percayalah. Akankah aku berdusta dengan pemegang segala ketentuan. Tapi tolong biarkan aku berbahagia dulu dengan yang lain.
       Sungguh aku aku akan menempuh dan berkeinginan tulus bersimpuh. Lapangkanlah apa yang menjadi inginku. Bila ada yang hendak kau ganti. Mari, tunjukkan selahnya, kumasuki celah itu. Walau terbata-bata.



                                                                                                       Salam buat yang tersesat,
                                                                                                        dari Orang-orang tersesat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila malam belum habis

"aku akan terus menulis
bukan karena semata-mata
keinginanku sendiri
melainkan karena tuntutan
jiwaku untuk terus dan tetap
mewarnai setiap jengkal
dunia sastra

:aku berpijak di sana"