tentang ide

Dan aku tidak akan lagi percaya pada ide dari cerita-cerita lainnya

Senin, 02 April 2012

Ballada Orang-orang Tersesat



Ribuan hasta jaraknya darimu bukanlah hal yang patut disesalkan. Kita memang belum bersama, belum punya alasan untuk harus selalu ada di sisi satu sama lain. Halnya Tuhan dengan ciptaan-Nya. Tuhan pun masih dapat kita temui dalam sudut di jasad ini, kita temui dalam rasa batin. Kau bisa temui aku di salah satu ruang terbaik tubuhmu dalam berkasih-kasihan, dalam mencinta. Aku juga begitu. 

Kini, di saat malam hendak berganti, ketika malam mau pergi jauh untuk kembali lagi nanti. Kita cukup keras satu sama lain. Aku adalah aku, kau adalah kau. Belum lagi jadi aku kau yang hanya kita temui saat bertemu. Kita dilarutkan pada percakapan yang mengiris. Aku teriris jadi seribu, kuanggap kau baru lampaui seratus bagian potongan yang kupunya. 

Kau bawa aku menerka sosok-sosok yang aku ludahi dalam bayangku. Aku pasang tembok panjang berliku, mengelak-elak dengan elok, pikirku. Aku bukan kau dalam begitu. Aku muak dengan mereka, kadang denganmu. Muak karena kau bukan satu barang yang bisa dikehendaki sesukaku, kau juga manusia yang punya hidup di luar denganku.

Sengit adalah percakapan itu dan malam yang menyelimutinya. Kita adukan pengalaman dan perasaan menjadi sesuatu yang amat tajam. Kau terbiasa memegang pisau, aku sudah terlatih dengan parang. Hidup ini rimba raya, bukan? Ada yang perlu dipangkas segera. Pangkas saja semua diluar kita! Kau bilang mereka punya hidup, tapi apa hidup mereka berpengaruh pada angkasa kita? Aku tak mau lagi bicara seakan-akan kita dewasa. Kupikir kau sudah lelah jadi si kecil yang tersakiti batinnya, kau lebih suka jadi dewasa di tengah orang dewasa lainnya.

Kita punya impian: bersama. Sejenak pangkaslah halmu, kutebas halku. Aku tidak bicara seolah kita benar-benar dewasa. Aku ingin pastikan kau masih punya angkasa yang ditinggal anak kecil beranjak remaja, remaja beranjak dewasa dan tua, mati. Mati. Tanpa punya angkasa, jadi tak punya kita.

19.3.2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bila malam belum habis

"aku akan terus menulis
bukan karena semata-mata
keinginanku sendiri
melainkan karena tuntutan
jiwaku untuk terus dan tetap
mewarnai setiap jengkal
dunia sastra

:aku berpijak di sana"