aku menatap miris
pada seorang yang kubilang
tinggal seonggok
tulang berbalut kulit
matanya kosong tak berisi,
hanya sebatas hitam pekat
mungkin abuabu
setitik;
fisiknya melegam
serupa metal baja
belum ditempa
aku merinding
tatkala desir angin
menggerayang punggung
: malaikat tanpa cahaya
menyeret rantairantai tebal
menyala,
nafasnya makin tersengal;
seperti dihirup setengah bagian
bukan yang pertama kumenyaksikan
tapi
ini yang terseram:
sunyi sendiri;
sepi melankoli;
senyap megapmegap
sejengkal jaraknya,
akhirnya
tak ditemui asa
berjumpa diharapnya
malaikat itu
: tanpa cahaya atau buruk rupa;
egois bermain sendiri
dengan nyawa takkenal peniupnya
nikmat beroleh berkat baginya
kejam siapa:
manusia dalam cahaya
atau
malaikat tanpa cahaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar